Monday, 29 August 2016

ANTARA BOM GEREJA MEDAN & MIE INSTAN


By the way, sudah pada nonton berita belum ada aksi percobaan bom dan pembunuhan Pastor di Medan?.. Hhh,.. pasti belum tahu deh, karena akika tahu dirimu teh sukanya nonton sinetron 'Anak Jalanan' atau yang selevelnya wkwkkwkw. Itu kalo sutradaranya (sinetron Anak Jalanan) ke Desa ku, ku usir dia hahahahah .

Ada dugaan bahwa pelakunya adalah simpatisan ISIS atau perorangan yang terdoktrin dengan doktrin ISIS (Islamic State Iraq and Suriah).
Tapi, meskipun benar itu pelakunya simpatisan ISIS atau orang yang cuma mau adu domba, ngobok2 kedamaian negeri biar konflik kaya di Timur Tengah or alasan whatever lainnya. Atau cuma tukang petasan atau kembang api yang mau shalat eh salah malah masuk gereja, terlanjur malu, jadi diledakin petasannya wkwkwk..

Disini, akika cuma mau berpendapat aja, mau ilmiah mau nggak bodo amat lah wkwkwkkw..
Menurut pakarnya (pernah denger di TV) dari BIN atau Badan Penanggulngan Terorisme, salah satu alasan kenapa ada aksi terorisme adalah karena kemiskinan. Akika sih nggak percaya apa kaitannya kemiskinan dengan terorisme? wkwkkwkwkwk (keliatan bodonya ya ekeu?..) hihihi..
Disini akika cuma mau mencoba berpendapat dari sudut pandang berbeda. Bahwa radikalisme agama yang kemudian menjadi teror ini ada kaitannya dengan Mie Instan?.. (What?...panas dan kebanyakan software, otakmu? waras situ.. wkwkwk). 

Itu khan yang ada dalam pikiranmu?.. Nggak apa, tulisan2 ku yang ngetik juga jari ku, sekarepkulah wkwkwkkw..

To the point, di zaman yang serba instan ini, cara orang berfikirpun jadi serba instan. Ada orang tidak bisa masak, karena zaman instan, jadi bisa masak. Contohnya, orang nggak bisa masak rendang, jadi bisa masak rendang, beli aja Mie Instan rasa rendang = bisa masak rendang tho?.. wkwkwk
Dalam konteks mie instan tersebut, orangpun dalam beragama (dalam hal ini orang Islam) jadi ke-instan2 an cara berpikirnya. Inilah akar radikalisme yang berbuah aksi terorisme lho (menurutku sih belum tentu bener, cuma ngarang aja akumah hahaha)

Yang bisa menjadi contoh ke-instanan berfikir, misalnya cara berfikir seperti berikut : "Ngapain kita belajar lewat buku dan pemikiran para ulama, atau guru bukankan ada Alquran dan Hadits yang bisa dengan mudah diakses?.. mending langsung liat Quran dan haditsnya aja, lebih instan dan syar'i (sesuai anjuran)."
Nah, cara berfikir itu adalah cara berfikir yang mau masak rendang beli mie tadi.Wkwkw

Perlu sekali diketahui bahwa, dalam Islam ada istilah ulama mujtahid mutlaq. Dimana ulama sekelas ini haruslah yang menguasai berbagai disiplin ilmu, salah satu syaratnya seperti hapal 30 Juz Alquran, beserta ilmu tata bahasanya, hapal minimal 500.000 (lima ratus ribu hadits), disamping penunjang disiplin ilmu lainnya. Untuk apa?.. tujuannya agar tidak keliru menafsirkan hadits atau ayat Alquran. Dari sisi asbabun nuzul, dari sisi tata bahasanya misalnya. Dan tentu dari sisi (disiplin ilmu) yang lainnya.
Nah, jadi tidak mungkin orang seperti kita, langsung merasa syar'i dengan slogan, 'langsung belajar dari Alquran dan hadits secara otodidak atau belajar dari orang yang tidak menghormati ulama Jadul (jaman dulu). Karena menganggap ulama jadul tidak ikut / tidak sesuai dengan cara nabi. So itu slogan menyesatkan (dalam konteks orang awam ya)

Yah, secara logika ulama jadul mungkin ndeso karena dulu nggak ada internet dan nggak ada film 3D Masha And The Bears (wkwkwkw apa sangkut pautnya?..) tetapi, ulama jaman dulu itu lebih wara (hati-hati) dan lebih waskito secara penglihatan bathinnya. Jadi, ilmunya itu tidak saja berdasarkan logikanya, tetapi juga ilham dan cahaya dalam hatinya.
Mohon maaf jika keliru da akumah niatnya juga melucu, tapi nggak lucu ya?.. ya udah atuh. Sekian.

Silahkan menghubungi nomor di bawah untuk mengundang saya jadi pembicara. Meskipun aku bukan pakar atau konsultan ya. Tapi pede aja akumah da lucu wkwkwkw (kepedean ya)
Penulis : Facebook
Ig  : @pawanghujansakti