Waktu si Ipan di tilang bapak Polisi, eh dia malah ke kampus. Kupikir
dia malah takut ngadepin persidangan (jadi pura2 ngampus) wkwkkw. Nyuruh
tukang ojek untuk sidang, eeh nggak bisa nggak ngerti, katanya. Hampir
semua orang (yang dimintai pertolongan sama Bi Emi) punya alasan untuk
nolak ke persidangan. Yah begitulah mungkin mereka ketakutan dengan apa
yang namanya 'sidang'. wkwkkwkw
Lalu, harapan satu-satunya saat
itu adalah saya. Saya nggak nolak karena saya adalah 'Supermen' pembela
kejahatan dan pembasmi kebenaran (eh kebalik ya). wkwkw
Saat itu,
masalah saya cuma satu nggak tahu tempat sidangnya dimana. Walaupun di
surat tilang tertulis di Kantor Pengadilan, Kuningan Jawa Barat. Karena
saya Supermen, tentu punya badan Intelijen (aslinya sih ngehubungi temen
yang rumahnya di Kuningan, tapi khan biar keren bilangnya badan
intelijen. Wkwwkw)
Setelah itu masih ada satu masalah, tata
caranya gimana?.. Kupikir ada om Google, browsing aja sebelum berangkat
teh. Eh iya ada.
1. Cuma bawa fhoto copy Identitas dan yang Asli
2. Sambil bawa surat tilangnya tentunya. Di surat tilang sudah ada
keterangan, akan datang sendiri, atau diwakilkan. Saat itu disurat
tilang sudah tertulis diwakilkan (jadi rupanya si Ipan udah niat nggak
mau datang) wkwkwkkwk
3. Setelah itu di bawa, lalu di depan
kantor pengadilan ada petugas khusus (semacam frontliner) disitu surat
tilang dan kartu ID kita diserahkan dan bilang untuk sidang.
4.
Kamu akan disuruh masuk ke suatu ruangan sidang. Nggak perlu takut, itu
dalamnya orang semua koq (kalopun ada setan ya nggak kelihatan wwkwkw..)
dan tentu kamu akan nggak sendirian disana, antri orang yang sidang
semua disitu. Jangan dibayangin kaya persidangan kopi ala Jessica ya
(yang mirip sinetron di TV xixixi..) karena disana Pak Hakimnya juga
lucu. Nggak tahu si itu Pak Hakim karena takut ama saya atau gimana
(karena saya Supermen gitu), karena salah satu percakapan dengan
terdakwa yang mewakili sidang anaknya begini percakapannya (rada lupa2
ingat ya) :
Pak Hakim : "Anak bapak, bawa mobil, belum punya SIM, nggak pake sabuk, itu kenapa bapak biarkan?"
Terdakwa : (lupa jawabannya gimana karena udah lama, kalo nggak salah
jawabannya sebagai berikut : _____ ) "Anak saya mau ke kota nggak ada
yang nganterin, jadi dia bawa mobil sendiri "
Lalu, Pak Hakimnya ngasih wejangan, bla ... bla ... bla..
"Dengan pelanggaran tersebut, dendanya adalah sebesar (berapa juta gitu saya lupa nominalnya). Lalu Pak Hakim melanjutkan :
"Dengan ini saya denda, Rp 100.000 (seratus ribu) saja, dan silahkan
dibayarkan di meja sebelah." (biasanya pebayaran denda di ruang
sidangnya, ada petugas khusus, terdiri dari 3-4 orang tugasnya nerima
uang denda dan ngasih kembalian,____semoga mereka cuci tangan ya kalo
mau makan, uang khan benda penuh bakteri -karena bekas perpindahan dari
tangan satu ke tangan lain, kasian nanti mereka sakit perut- wkwkkwwk..)
Semua yang hadir termasuk saya, ada yang nyengir ada yang ketawa kecil ada yang senyum imut dll.
Dalam hati saya, heeeuuuh cuma gitu doang. Atuh daripada ngasih duit ke
Polisi sambil nakut-nakutin (kalo ditilang di jalan) mending sidang.
Murah meriah, dari jutaan paling gede Cuma seratus ribuan nggak akan
nyampe 150.000 koq. Yang kesalahannya kecil ya kecil lagi dendanya.
Kesimpulan : Walaupun dendanya tertulis berjuta-juta. Aslinyamah nggak
akan di denda segitu. Semoga masuk surga lah Hakim yang Jujur. Yang
nggak jujur semoga di makan ikan hiu wkwkwkwkw..
Kamu disana
ahanya tinggal nunggu antrean aja. Giliranmu dipanggil. Di beberkan
kesalahan, terus bayar. Udah deh pulang. Sekian.
Note buat DPR
(yang bikin UU) kalo ditilang di luar kota, itu sidangnya gimana?..
harus di tempat/kota dimana kita ditilang khan?... Atuh Pak DPR jangan
bikin susah orang atuh pak.
follow penulis di facebook :
Ratava Aisenondi (Avatar Indonesia)